slider

Navigation

Jaring Insang (Gill Net)

   Jaring Insang (Gill Net)
Alat tangkap ini dinamakan jaring insang (gill net) didasarkan pada pemikiran bahwa ikan-ikan yang tertangkap (gilled)/terjerat di bagian sekitar tutup insang (operculum) pada mata jaring.  Di Maluku, jaring insang lebih banyak dikenal dengan nama beraneka ragam sesuai dengan jenis ikan yang tertangkap (jaring lema, jaring ikan terbang, jaring lalosi, dsb), dan ada pula yang dinamakan berdasarkan tempat pemasangannya di laut dan jara operasinya (jaring hanyut, jaring tanam, jaring halang/”pele-pele”, jaring dasar, dsb).  Jaring insang dikenal lebih selektif untuk menangkap ikan bila dibandingkan dengan jenis alat tangkap lainnya yang biasa digunakan oleh nelayan.

Jaring insang berperan untuk menangkap ikan-ikan dengan cara menjerat (gilled) pada mata jaring ataupun terbelit-belit (entangled) pada tubuh jaring.  Pada umumnya ikan-ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah jenis-jenis ikan yang berenang di perairan (harizontal migration/vertical migration) tidak seberapa aktif, dengan kata lain pergerakan ikan-ikan tersebut terbatas pada suatu kedalaman tertentu.  Jenis-jenis ikan yang umumnya tertangkap dengan jaring insang ialah jenis-jenis ikan yang berenang dekat permukaan/pelagis (cakalang, tuna, ikan terbang, lema, komu, dsb), jenis-jenis ikan dasar/demersal (lalosi, salmaneti, garopa, dsb), juga jenis-jenis udang karang/lobster dan sebagainya

a. Definisi
Jaring insang adalah jaring yang berbentuk empat persegi panjang, mempunyai mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar jaring lebih pendek jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain, jumlah mata jaring ke arah kedalaman lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah mata jaring ke arah panjang jaring.

b.Tujuan dan sasaran
Pendayagunaan jaring insang ditujukan untuk meningkatkan produksi ikan lewat kegiatan penangkapan dengan menggunakan alat dan metode yang tepat. Dengan cara ini diharapkan nelayan dapat meningkatkan pendapatannya, sehingga salah satu sasaran pembangunan perikanan dapat diwujudkan. Penggunaan jaring insang untuk menangkap berbagai jenis ikan di laut dapat dikatakan ramah lingkungan apabila menggunakan metode penangkapan yang disarankan.

Kapal atau perahu yang dipergunakan pada operasi penangkapan dengan jaring insang berukuran sesuai dengan ukuran jaring insang yang dipergunakan.  Untuk jaring insang berukuran besar dengan menggunakan kapal besar membutuhkan kesesuaian ukurannya, mesinnya, sifat layak lautnya, pengaturan geladak, peralatan perlengkapannya, kapasitas palka, dan sebagainya, menentukan efektifitasnya sebagai alat operasi penangkapan ikan.  Adakalanya nelayan melakukan modifikasi dari bagian kapal ikan ini sesuai dengan kondisi setempat berdasarkan pengalamannya.

Pada perahu penangkap ikan dengan jaring insang dasar, seharusnya ukuran perahu yang cukup luas dan dapat memuat lebih dari dua orang nelayan ditambah dengan hasil tangkapan sehingga kegiatan operasi penangkapan dapat dilakukan dengan mudah. Untuk peningkatan pengembangannya, selain dilakukan penelitian oleh badan yang berwenang, maka monitoring laporan dari nelayan dalam berbagai aspek teknis dan ekonomis perlu tetap dikumpulkan dan dievaluasi.

Kenyataan bahwa penentuan daerah penangkapan ikan dan deteksi ruaya ikan yang tepat dan cepat adalah merupakan kunci keberhasilan operasi penangkapan ikan.  Sudah sejak berabad-abad para nelayan menggunakan mata dan tanda-tanda lain di perairan dan sekitarnya untuk menentukan lokasi penangkapan ikan.  Antara lain adanya kelompok burung laut yang menyambar ke permukaan laut, adanya gelembung-gelembung udara di perairan, adanya jazad renik yang mengeluarkan cahaya alami dan lain-lain.

Pengetahuan nelayan secara turun-temurun dalam menentukan lokasi dan musim penangkapan ikan masih tetap digunakan; juga faktor oseanografis lainnya, seperti :  arus, curah hujan, kondisi awan dan angin, warna perairan, suhu air dan lain-lainnya adalah merupakan alat deteksi alami dari para nelayan.

Secara moderen, maka sekarang telah banyak digunakan penggunaan gema (echo-sounder), sonar, net zonde, radio plotter, dsb dalam operasi penangkapan ikan.  Perkembangan teknologi elektronika dewasa ini mengakibatkan adanya revolusi dalam bidang akustik perairan.  Peralatan sonar yang sebelumnya digunakan untuk mendeteksi kapal selam, dikembangkan supaya dapat mendeteksi ikan sehingga berdampak positif pada penentuan daerah penangkapan ikan.   Diciptakannya komputer dan peralatan sonar untuk mendeteksi ikan di perairan memudahkan para ahli perikanan dapat memetakan lokasi-lokasi terdapatnya ikan di daerah penangkapan.  Kaitan tingkah laku ikan dalam masa pemijahan, jenis dan umur ikan, ruaya musiman dan lain-lain merupakan sumber informasi yang penting secara biologis bagi para nelayan untuk menentukan daerah penangkapan ikan.

(1) Jaring  insang  dasar  (bottom  gill   net)
Pada kedua ujung jaring diikatkan jangkar, yang dengan demikian letak jaring akan telah tertentu.   Karena jaring ini direntang dekat dasar laut, maka dinamakan jaring insang dasar, yang dengan demikian ikan-ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan dasar.  Posisi jaring dapat diperkirakan pada pelampung bendera/bertanda yang dilekatkan pada kedua ujung jaring.

Penawuran jaring (setting) dilakukan dengan cara, pelampung pada ujung jaring pertama dibuang ke laut terlebih dahulu, jaring dibiarkan dijangkar di dasar laut.  Arah perahu pada saat setting mengikuti arah sepanjang arah penawuran jaring. Dibutuhkan paling sedikit 2 orang untuk menawurkan jaring yakni 1 orang menawurkan jaring dari sisi tali pelampung dan yang lainnya dari sisi tali pemberat. 

Gambar 12. Sketsa jaring insang menetap/dasar (bottom gill net)

Pengangkatan jaring dilakukan setelah jaring dibiarkan di perairan selama beberapa waktu (2 – 3 jam).  Pelampung besar diangkat terlebih dahulu baru diikuti oleh tali samping atau sisi ujung jaring sehingga tali pemberat dapat diangkat ke atas perahu.  Tali pelampung dan tali pemberat diangkat secara bersamaan.  Pada saat ini perahu dibiarkan bergerak mengikuti arah jaring diangkat.

(2) Jaring insang hanyut/permukaan (drift/surface  gill  net)
Jaring ini dioperasikan (ditempatkan) di permukaan perairan dengan salah satu atau kedua ujungnya tidak diberi jangkar sehingga terbawa hanyut mengikuti gerakan arus. Pada satu titik pada ujung jaring dilekatkan tali, dan tali ini dihubungkan dengan kapal/perahu yang dengan demikian gerakan hanyut oleh kapal/perahu sedikit banyak mempengaruhi posisi jaring. Alat tangkap ini dioperasikan di perairan yang bebas dan ditujukan untuk menangkap ikan-ikan yang berenang di permukaan (pelagis) seperti tuna, cakalang, tongkol, dan sebagainya.



 Gambar 13. Sketsa jaring insang hanyut/permukaan (drift/surface gill net)

Pengoperasian jaring insang permukaan menyerupai pengoperasian jaring insang dasar, namun arah kapal/perahu memotong arah arus ± 300 – 450 dan kecepatannya disesuaikan dengan keterampilan nelayan yang menawurkan jaring.  Pada saat ini jurumudi harus tetap menjaga agar perahu tetap mempertahankan arahnya.

(3) Jaring insang lingkar (encircling gill net atau surrounding gill  net) 
Jaring insang lingkar umumnya dioperasikan di perairan pantai yang tidak begitu dalam atau di perairan yang kedalamannya tidak melebihi dari tinggi jaring yang dioperasikan.  Setting  dilakukan siang hari atau malam hari dengan mempergunakan alat bantu llight fishing, tetapi umumnya dilakukan pada siang hari dengan satu kapal atau lebih. Setelah menemukan kelompok ikan, nelayan melingkari gerombolan/kelompok ikan tersebut yakni menghadang ikan pada arah larinya.  Supaya gerombolan ikan dapat dilingkari dengan sempurna maka bentuk jaring sewaktu operasi ada yang berbentuk lingkaran, setengah lingkaran, bentuk huruf “V” atau “U”, bengkok-bengkok seperti alun gelombang dan banyak jenis lainnya.


Gambar 14. Sketsa jaring insang melingkar (surrounding gill net)


Jaring ini ditebarkan melingkari gerombolan ikan. Apabila nelayan menemukan gerombolan ikan, maka jaring ditebarkan dengan mengarahkan perahu melingkari gerombolan ikan.
            Berkumpulnya ikan-ikan disekeliling lampu biasanya disebabkan oleh “positive phototaxis”, mekanisme tertariknya ikan oleh cahaya lampu belum diketahui dengan jelas, namun diduga bahwa berkumpulnya ikan-ikan di bawah cahaya lampu disebabkan oleh keinginan untuk mencari intensitas cahaya yang sesuai.  Peristiwa berkumpulnya ikan di bawah cahaya dapat dibedakan sebagai berikut :

1)   Peristiwa langsung, yaitu ikan-ikan tertarik oleh cahaya lalu berkumpul;
2)   Peristiwa tidak langsung karena adanya cahaya maka plankton, ikan-ikan kecil dan binatang-binatang kecil lain berkumpul lalu ikan yang dimaksud datang berkumpul dengan tujuan “feeding”.

Fungsi cahaya dalam “light fishing” ialah untuk mengumpulkan ikan sampai pada suatu “catchable area” tertentu, kemudian penangkapan dilakukan dengan pancing, jaring atau alat-alat penangkapan ikan yang lain.



Gambar 15. Sketsa jaring insang melingkar (surrounding gill net)
   dengan menggunakan lampu (light fishing)


          Metode penangkapan yang telah mengalami perkembangan menyebabkan nelayan juga mengoperasikan jaring insang dengan berbagai metode penangkapan seperti: dioperasikan dengan cara menarik jaring dengan dan tanpa kapal, menakuti ikan, menggiring ikan, dan yang dioperasikan dengan cara disapu (swept).




Gambar 17. Jaring insang yang dioperasikan dengan cara ditarik



Gambar 18. Jaring insang yang dioperasikan dengan cara ditarik dengan kapal



Gambar 19. Jaring insang yang dioperasikan dengan cara menakuti ikan


Gambar 20. Jaring insang yang dioperasikan dengan disapu




Gambar 21. Jaring insang yang dioperasikan dengan menggiring ikan
                             (A) Satu kapal; (B) Dua kapal


(5) Jaring insang berpancang (fixed gill net or stakes)
Ada kalanya jaring insang dipasang dengan bantuan tiang pancangan, terutama di perairan pantai.  Metode penangkapan ikan dengan alat tangkap ini memanfaatkan proses terjadinya pasang surut air laut.  Pada waktu air laut pasang, ikan-ikan cenderung bergerak/berenang mengikuti arus pasang ke arah pantai (daratan), kemudian pada waktu air laut surut ikan-ikan tersebut akan berenang (beruaya) mengikuti arah arus surut ke laut.  Ikan-ikan ini kemudian dihadang dengan alat tangkap ini.


Gambar 16. Sketsa jaring insang berpancang

(6) Jaring insang berlapis atau jaring gondrong (trammel net).
Dikatakan jaring insang berlapis karena badan jaring dibentuk oleh 2 sampai 3 lapis, yakni badan jaring bagian tengah (inner net) berukuran mata jaring lebih kecil dibandingkan dengan ukuran mata jaring di badan jaring sebelah luar (outer net). Jenis jaring insang ini lebih banyak dipasang di dasar perairan terutama untuk menangkap ikan-ikan buas (carnivora  fish) karena prinsip menangkapnya adalah badan jaring bagian dalam menjerat ikan-ikan berukuran kecil yang apabila akan dimangsa oleh ikan-ikan besar, maka ikan-ikan besar ini akan dijerat oleh badan jaring bagian luar yang berukuran mata jaring lebih besar.  Dewasa ini, jaring gondrong juga dirancang untuk menangkap udang dan kepiting.


Gambar 22. Sketsa jaring gondrong (trammel net)

          Metode penangkapan yang diterapkan pada operasi penangkapan dengan jaring gondrong (trammel net) menyerupai jaring insang dasar atau dibiarkan hanyut mengikuri arus/kapal atau ditarik dari salah satu sisinya.

          Ada pula nelayan yang mengkombinasikan jaring insang dengan jaring gondrong, yakni jaring insang di bagian atas dan jaring gondrong di bagian bawah sehingga dapat emangkap ikan-ikan dari berbagai jenis (pelagis maupun demersal).

Gambar 23. Sketsa kombinasi jaring insang dan jaring gondrong

          Metode penangkapan ikan dengan menggunakan jaring insang dewasa ini, terutama yang dioperasikan dengan menggunakan kapal, telah menggunakan net hauler sebagai alat bantu penangkapan supaya mempermudah operasi penangkapan.



Gambar 24.  Alat bantu penangkapan jaring insang


Share
Banner

Rustadi

Hidup adalah Pengabdian. Pengabdian dengan kerja Keras Kerja Cerdas dan Kerja Ikhlas

Post A Comment:

0 comments: