Kepiting bakau merupakan salah satu komoditas perikanan pantai yang
mempunyai nilai ekonomis penting. Pada mulanya kepiting bakau hanya dianggap
hama oleh Petani tambak, karena sering membuat kebocoran pada pematang tambak.
Tetapi setelah mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, maka keberadaannya
banyak diburu dan ditangkap oleh nelayan untuk penghasilan tambahan dan bahkan
telah mulai dibudidayakan secara tradisional di tambak. Mengingat permintaan
pasar ekspor akan kepiting bakau yang semakin meningkat dari tahun ke tahun
maka usaha ekstensifikasi budidaya kepiting bakau mulai dirintis di beberapa
daerah.
Sebagai komoditas ekspor kepiting memiliki harga jual cukup tinggi baik
dipasaran dalam maupun luar negeri, namun tergantung pada kualitas kepiting (ukuran
tingkat kegemukan). Penggemukan kepiting dapat dilakukan terhadap kepiting
bakau jantan dan betina dewasa tetapi dalam keadaan kosong/kurus.
Untuk dapat menghasilkan kepiting yang gemuk diperlukan waktu yang cukup
pendek yaitu 10 – 20 hari.
Harga jual kepiting gemuk menjadi lebih tinggi dengan demikian dapat
meningkatkan nilai tambah bagi petani.
1. TEKNIK BUDIDAYA PEMBESARAN
Faktor teknik yang perlu diperhatikan untuk menunjang keberhasilan
budidaya pembesaran kepiting, antara lain :
a. Pemilihan Lokasi Budidaya
Pemilihan lokasi budidaya harus tepat secara teknis operasional dengan
mempertimbangkan beberapa aspek sebagai berikut :
1. Mutu air cukup baik – Salinitas 15 – 30 ppt – pHair 7 – 8 – Suhu 25 –
30 C – Kandungan O >3 ppm
2. Mudah diawasi
3. Substrat dasar tambak adalah lumpur berpasir
4. Untuk sistem karamba harus terhindar dari pengaruh banjir dan mudah
terjangkau oleh pasang surut.
5. Merupakan wilayah penangkapan kepiting
b. Tempat Pemeliharaan
Tempat pemeliharaan kepiting bisa berupa kurungan bambu, waring, maupun
bak beton.
Untuk tempat pemeliharaan kepiting yang berasal dari kurungan bambu
(karamba) disarankan berukuran 1,5x1x1meter atau 2x1x1meter, hal ini bertujuan
memperrmudah pengelolaannya terutama pada waktu mengangkat karamba diwaktu
panen.
c. Pemilihan Benih
Kesehatan benih merupakan satu diantara faktor yang menunjang
keberhasilan dalam usaha penggemukan kepiting. Oleh sebab itu pemilihan dan
pengelolaan benih harus benar dan tepat. Kesehatan benih juga bisa dilihat dari
kelengkapan kaki-kakinya. Hilangnya capit akan berpengaruh pada kemampuan untuk
memegang makanan yang dimakan serta kemampuan sensorisnya. Walaupun pada
akhirnya setelah ganti kulit maka kaki yang baru akan tumbuh tetapi hal ini
memerlukan waktu, belum lagi adanya sifat kanibalisme kepiting, sehingga
kepiting yang tidak bisa jalan karena sedang ganti kulit sering menjadi mangsa
kepiting lainnya. Untuk itu maka harus dipilih benih yang mempunyai kaki masih
lengkap. Benih kepiting yang kurang sehat warna karapas akan kemerah-merahan
dan pudar serta pergerakannya lamban.
d. Pengangkutan Benih
Walaupun kepiting bakau merupakan hewan yang tahan terhadap perubahan
lingkungan namun cara pengangkutan yang salah bisa menyebabkan kematian dalam
jumlah banyak atau mengurangi sintasan. Pengangkutan benih sebaiknya dilakukan
sewaktu suhu udara rendah dan kurang sinar matahari.
Tereksposenya benih kepiting ke dalam sinar matahari bisa menimbulkan
dehidrasi yang pada akhirnya cairan dalam tubuh kepiting akan keluar semuanya
sehingga menyebabkan kematian. Tingginya kematian benih setelah sampai tempat
tujuan biasanya disebabkan karena benih yang dibeli memang sudah lemah akibat
sudah ditampung beberapa hari oleh pedagang pengumpul.
Biasanya kematian kepiting terjadi setelah hari ke-4 dalam penampungan
tanpa air. Wadah yang dipakai dalam pengangkutan kepiting sebaiknya tidak
menyebabkan panas dan letakkan kepiting dalam posisi hidup. Wadah sterofoam
dengan panjang 1 m dan lebar 60 cm dapat menyimpan benih sebanyak 100 – 150
ekor untuk benih yang diikat.Lakukan penyiraman sebanyak 2 – 3 kali penyiraman
dengan air berkadar garam 10 – 25 ppt, selama pengangkutan 5 – 6 jam.
2. PENEBARAN
Penebaran kepiting dilakukan pada pagi atau sore hari pada karamba.
Benih kepiting yang ditebarberukuran berat 200 – 300 gram per ekor. Untuk
ukuran karamba 1,5 – 2 x 1 x 1 meter kepadatan tebar nya kurang lebih 15 – 25
kg atau sebanyak 60 – 70 ekor.
3. PEMELIHARAAN
Penempatan karamba dalam petak tambak disarankan diletakkan di dekat
pintu masuk/keluar air.
Posisi karamba sebaiknya menggantung berjarak 15 cm dari dasar perairan
yang tujuannya agar sisa pakan yang tidak termakan jatuh ke dasar perairan
tidak mengendap di dalam karamba.
Diusahakan seminggu 2 kali karamba dipindah dari posisi semula hal ini
bertujuan agar terjadi sirkulasi / pergantian air. Kegiatan dalam pemeliharaan
setelah penebaran dilakukan :
– Pemberian pakan rucah lebih diutamakan dalam bentuk segar sebanyak 5
-10% dari berat badan dan diberikan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore/malam
hari.
– Penggantian air dilakukan bila terjadi penurunan kualitas air.
– Sampling dilakukan setiap 5 hari untuk mengetahui perkembangan
pertumbuhan dan kesehatan kepiting.
Dengan pengelolaan pakan yang cermat, cocok dan tepat jumlah maka dalam
tempo 10 hari pertumbuhan kepiting bisa diketahui.
4. PEMANENAN
Pemeliharaan / penggemukan kepiting di karamba dapat dilakukan selama 15
hari, tergantung pada ukuran benih dan laju pertumbuhan. Laju pertumbuhan oleh
jenis pakan yang diberikan dan kualitas air tambak. Untuk memanen kepiting
digunakan alat berupa seser baik untuk tujuan pemanenan total maupun selektif.
Pelaksanaan panen harus dilakukan oleh tenaga terampil untuk menangkap dan
kemudian mengikatnya. Selain itu tempat dan waktu penyimpanan sebelum
didistribusikan kepada konsumen menentukan kesegaran dan laju dehidrasi karena
kehilangan berat sekitar 3 – 4% dapat menyebabkan kematian.
kepiting renyah untuk dimakan
BalasHapus