CARA MENDAPATKAN BENIH
Benih ikan yang akan dibudidayakan harus bermutu baik
agar mencapai produksi yang diinginkan. Keberadaan dan sumber benih harus
diperhitungkan sebelum pelaksanaan budi daya. Dewasa ini benih kerapu memang belum begitu banyak seperti benih ikan air tawar lainnya namun demikian untuk informasi
metode tangkap dan sumber benih memegang kunci keberhasilan usaha tersebut.
A. Ragam Alat Tangkap dan Cara Pengoperasian
Beberapa alat tangkap yang digunakan dalam penangkapan
ikan kerapu umunmya masih cara tradisional, seperti pancing, jaring insang, jarring
kantong, bubu, sero, jaring angkat/bagan, dan jaring dorong. Di antara alat tersebut,
jaring insang tidak baik digunakan karena bisa melukai atau mematikan hasil
tangkapan. Sebenamya alat-alat tangkap tersebut bukan alat khusus untuk ikan
kerapu, hanya biasanya ikan kerapu tertangkap pada alat tersebut. Bentuk dan
cara pengoperasian alat tangkap yang biasa digunakan untuk penangkapan ikan
kerapu hidup adalah sebagai berikut.
1. Pancing
Pancing sudah umum digunakan untuk menangkap ikan, baik
yang berukuran besar maupun kecil. Bermacam-macam pancing dijual di toko, dari
yang murah sampai mahal, tetapi pancing untuk ikan kerapu masih digunakan yang
sederhana. Para nelayan pemancing ikan kerapu
biasanya hanya menggunakan, tali pancing, anak pancing, dan pemberat secukupnya
serta perahu sebagai sarana memancing.
perahu
sebagai sarana memancing di daerah fishing ground
Beberapa nelayan berkelompok memancing menggunakan perahu
motor. Memancing di daerah perairan
karang akan mendapatkan kerapu karang, seperti kerapu macan dan sunuk. Ikan di
perairan karang banyak jenisnya, tetapi populasinya sedikit. Ikan yang
relatiflebih besar akan hidup pada daerah yang dalam. Pada umumnya ikan kerapu bersembunyi di lubang
atau menempel pada karang/benda, kecuali kerapu sunuk yang lebih suka bergerak
aktif. Adanya bekas kapal yang tenggelam biasanya sebagai rumpon ikan-ikan dan
oleh para pemancing dijadikan sebagai daerah fishing ground (daerah penangkapan
ikan). Kerapu lumpur biasanya ditangkap pada perairan yang berlumpur.
Bekas-bekas bagan (jaring angkat) dengan bambu-bambu yang menancap di dasar
biasanya sebagai tempat bersembunyi ikan kerapu lumpur dan ini dijadikan tempat
memancing oleh para nelayan.
Pakan yang digunakan untuk memancing biasanya berupa
udang, teri, dan ikan kecil lain. Beberapa pemancing menggunakan umpan hidup
agar mendapatkan ukuran kerapu yang lebih besar.
2. Jaring angkat
Meskipun ada beberapa jenis jaring angkat, tetapi yang
sering mendapatkan ikan kerapu adalah bagan. Ada 3 bentuk bagan, yaitu bagan perahu (bagan yang dipasang di atas 2
perahu), bagan rakit (bagan yang dibangun
di atas 2 buah rakit), dan bagan tancap (bagan yang menetap di suatu perairan). Secara prinsip
pengoperasian ketiga bentuk bagan adalah sama. Di bawah ini yang akan dijelaskan yaitu bagan tancap karena umum
digunakan di mana-mana.
konstruksi
bagan tancap atau jarring angkat
Bagan tancap dibuat dari jaring kantong dengan mulut
bujur sangkar (sekitar 6 x 6 m) yang diikat pada kerangka dari bambu dan tinggi
kantong jaring sekitar 2 - 3 m. Setiap sudut kerangka dipasang pemberat dari
batu dan diikat dengan tali yang dihubungkan ke kerekan. Jaring dan kerekan tersebut
digantung pada bambu berukuran besar yang ditancapkan pada perairan. Untuk
bagan yang dangkal, digunakan sebuah bambu tancap. Sedangkan untuk bagan dalam,
biasanya digunakan dua buah bambu yang disambung.
Pengoperasian bagan hanya dilakukan oleh satu orang pada
malam hari dengan menggunakan 2 - 3 petromak. Petromak tersebut sebagai sumber lampu
yang digantung di atas mulut jaring. Setelah lampu digantung, jaring
ditengggelamkan sampai ke dasar perairan. Adanya sinar dari lampu petromak,
ikan-ikan kecil dan hewan air lain akan mengumpul, karena tertarik dengan
cahaya lampu. Adanya ikan-ikan kecil, menyebabkan para predator, termasuk ikan
kerapu, ikut tertarik menuju ke arah bagan. Setelah kelihatan banyak ikan di
bawah permukaan perairan maka jaring diangkat dengan memutar kerekan sehingga
tali penggantung jaring tergulung pada bambu.
3. Sero
Sero merupakan alat tangkap yang dioperasikan di perairan pasang surut. Alat ini terdiri dari pagar-pagar yang dibuat dari bambu dengan bentuk hermacam-macam. Pada waktu pasang, alat ini terendam dalarn air dan ikan-ikan akan dituntun untuk masuk ke dalam perangkap. Kemudian pada waktu surut ikan hasil tanekaoan daoat diambil.
salah
satu sero yang berbentuk panah
4. Bubu
bubu
dari bambu (kiri) dan dari anyaman kawat (kanan)
Pemasangan bubu dilakukan selama 2 - 4 hari, meskipun
kadang-kadang nelayan membiarkannya sampai 1 minggu. Salah satu kendala dalam pemasangan
bubu yaitu hanyutnya bubu oleh arus atau tali putus oleh perahu-perahu yang
lewat. Untuk menjaga keamanan, beberapa nelayan bukan menggunakan pelampung,
tetapi ujung tali bubu diikatkan pemberat dan ditenggelamkan ke dalam perairan.
Pengambilan tali bumbu dibantu dengan jangkar hingga bubu terangkat.
5. Jaring kantong
Jaring kantong dan sejenisnya merupakan alat tangkap yang
dibuat dari jaring dengan berbagai ukuran mesh. Alat ini secara umum terdiri
dari 3 bagian, yaitu kantong, badan, dan kaki/sayap. Dasar pengoperasiannya dengan
menyeret alat tersebut di perairan pantai dan mengurung atau menyapu dasar
perairan yang diduga terdapat kumpulan ikan. Umunmya, alat ini dioperasikan
dengan sarana perahu.
desain
salah satu jarring kantong
penarikan
jarring kantong dilakukan setelah
perahu
berada tetap di posisinya.
Cara pengoperasian yang lebih detail yaitu dengan
menurunkan jaring yang dimulai dari bagian umpal dan pelampung, dilanjutkan
kaki jaring, kantong, dan kaki kanan, kemudian pelampung. Setelah itu, jangkar
diturunkan agar perahu tetap dalam posisinya dan jaring mulai ditarik.
Biasanya sasaran utama penangkapan adalah udang, tetapi
bila penangkapannya dilakukan di daerah perairan yang banyak ditumbuhi tanaman
laut Enhallus sp, dapat diperoleh jenis-jenis lain, seperti kerapu, kakap, dan
beronang.
6. Jaring dorong/sodo
Sodo atau sudu merupakan jaring dorong (push-net) yang
terbuat dari jaring kantong
berbentuk kerucut dengan bagian mulut berbingkal segi tiga sama kaki Yang umum dipakai
ialah sodo biasa (commonly push-net). Sodo
mempunyai nama yang berbeda untuk tiap daerah, tetapi tipe/bentuknya tidak jauh
berbeda. Orang Madura menamakannya sonder/tangkai di Sulawesi Selatan disebut sodii/dari,
di Kendari dan Samarinda, julu di
Kalimantan sesodok/sodok/sungkur, dan
di Ambon disebut ranggo/tanggo loor.
Alat sodo dibuat dengan mudah dari bahan yang sederhana.
Salah satu tipe sodo dibuat dari bambu
yang berdiameter kecil (3 - 1 cm) sebagai
bingkainya, potongan serabut kelapa untuk alas sepatu, dan waring karuna sebagai
jaringnya.
Konstruksi
salah satu tipe sodo
pemasangan
jarring pada bingkai sodo
mengoperasikan
sodo dengan mendorong hingga
ada
ikan yang tertangkap
Cara pengoperasian sodo sebagai berikut. Langkah pertama,
jaring dipasang pada bingkainya. Setelah siap, lalu dibawa ke laut dan
dioperasikan. Tangkai sodo dipegang
dan bagian dasar yang bersepatu ditenggelamkan dalam air hingga menempel kedasar perairan, kemudian didorong sampai jarak beberapa meter, lalu diangkat.
Jarak dorongan tergantung pada isi hasil
tangkapan. Bila hasil tangkapan dalam kantong jaring terasa banyak, jaring diangkat. Kemudian, tali ikatan
pada ujung kantong dibuka dan hasilnya
dimasukkan ke dalam karamba penampung yang telah diikat di pinggang yang mengoperasikannya.
Dibandingkan dengan alat tangkap yang lain, alat tangkap
jaring dorong/sodo lebih efektif untuk menangkap benih kerapu lumpur. Selain murah dan sederhana, alat tangkap sodo
lebih praktis karena pengeporasiannya hanya dilakukan satu orang. Selain itu,
ikan hasil tangkapannya bisa hidup
karena ada pergantian air dalam keramba penampung, kondisi ikan tidak luka dan angka kematian relatif kecil, serta benih
kerapu mudah didapat mengingat
tempat hidupnya di dasar perairan.
berbagai
ukuran benih yang tertangkap dengan sodo
Kedalaman perairan yang dapat dioperasikan dengan sodo
tergantung tinggi orang, biasanya setinggi perut dan maksimal setinggi dada. Sedangkan
saat nelayan mulai turun ke laut ialah pada waktu subuh sampai siang hari atau
petang sampai subuh. Pengoperasian di malam hari biasanya akan memperoleh benih
kerapu yang lebih banyak, tetapi tergantung kondisi pasang surut air. Dalam
menangkap benih kerapu lumpur, perlu diperhatikan bahwa benih banyak didapat di
daerah perairan padang
lamun (banyak tumbuhan laut, terutama Enhallus sp), dasar berlumpur, dekat dengan
muara sungai pada kadar garam 32 - 34 ppt, dan musim benihnya pada waktu musim
hujan. Dari hasil pengamatan di daerah sekitar Teluk Banten, pada waktu musim
benih tiba hasil dari satu orang selama satu hari penangkapan dapat memperoleh
benih sejumlah 100 - 500 ekor bahkan lebih.
Di samping kerapu lumpur, terkadang benih kerapu karang juga dapat
tertangkap.
B. Penanganan Hasil Tangkapan
Mengingat benih ikan kerapu akan dipelihara maka
penanganan setelah penangkapan harus betul-betui diperhatikan. Ikan hams selalu
utuh tanpa luka atau sisik terkupas.
Untuk penangkapan dengan sarana perahu, biasanya dalam perahu
diperlengkapi palka yang berisi air untuk menyimpan ikan hidup. Sedangkan
perahu tradisional tidak dilengkapi dengan aerator untuk sumber oksigen, tetapi
hanya mengganti air selama perjalanan. Beberapa nelayan menampung sementara hasil
tangkapan selama waktu penangkapan dalam ember tanpa diberi oksigen. Memang
ikan kerapu, terutama kerapu lumpur, cukup tahan terhadap kondisi yang jelek
sehingga masih tetap hidup sampai ke tempat penampungan yang jaraknya tidak terlalu
jauh. Bila akan memindahkan ikan, digunakan serokan yang halus untuk
menghindari luka dan lepasnya sisik.
Sebelum dipelihara di tempat penampungan sebaiknya
ikan-ikan direndam dulu dalam air yang mengandung antiseptik/antibiotik. ini
untuk mencegah infeksi bakteri akibat goresan-goresan pada tubuh waktu pemindahan.
perendaman
ikan kerapu hasil tangkapan dengan pemberian obat anti septik
Tempat pemeliharaan dapat dibuat dari karamba jaring
apung yang berukuran kecil atau kimmgan segi empat dari belahan bambu yang direndamkan
dalam perairan. Tempat penampungan juga dapat dilakukan dengan wadah yang
selalu dialiri air laut, meskipun cara ini membutuhkan biaya yang lebih besar.
Sebuah pompa dengan sumber listrik diperlukan untuk mendapatkan air laut.
Sebelum digunakan, terlebih dahulu air disaring dengan filter agar air
benar-benah bersih. Filter dapat dibuat sendiri dengan membuat lapisan-lapisan
koral/kerikil dan pasir halus yang dibersihkan. Di samping itu, diperlukan juga
aerator atau blower sebagai sumber oksigen. Kemampuan aerator/blower untuk
menghasilkan udara tergantung pada kekuatan/ukuran alat. Bila menggunakan
jaring, dipilih ukuran mata jaring karamba yang halus atau disesuikan ukuran
ikan. Dalam jarring karamba harus selalu ada pertukaran air.
karamba
kecil yang dipasang dikolam air laut cukup
efektif
untuk menampung benih kerapu
Ikan yang baru dipelihara di habitat yang barn biasanya
mengalami stres. Ini ditunjukkan oleh perubahan wama ikan yang menjadi
pucat/pudar. Dalam tempat pemeliharaan dilakukan seleksi ukuran, karena ikan
kerapu biasanya kanibal (makan sesama). Ikan yang kecil akan dimakan oleh ikan yang
lebih besar. Ikan dalam keadaan stres mudah menjadi kanibal. Dalam keadaan itu,
ikan ini belum mau makan. Akan tetapi, karena daya tahan tubuhnya besar, ikan
dapat tahan lapar selama periode yang cukup lama. Namun demikian, ikan-ikan ini
harus terus dilatih agar mau memakan. Biasanya setelah 5 - 7 hari ikan baru
mulai makan. Jenis pakan yang digunakan yaitu ikan rebon/udang kecil atau
serpihan daging ikan rucah. Sisa-sisa pakan tersebut diusahakan jangan sampai
menimbun di dasar pemeliharaan.
Usahakan jangan mencampur ikan yang baru ditangkap dengan
yang sudah lama di tempat pemeliharaan. Jika dicampur, ikan yang lebih lama akan
menyerang ikan yang baru sehingga banyak ikan yang terluka yang akhirnya mati.
bagan
pengemasan benih ikan tertutup
pengemasan
benih ikan yang akan dikirim
Bila penampungah benih dekat dengan lokasi budi daya,
transportasi tidak menjadi masalah karena hasil tangkapan langsung bisa
dikirim. Namun, banyak kejadian tempat
penampungan benih yang jauh dengan lokasi pembesaran, bahkan terkadang benih
didatangkan dari antarpulau sehingga harus menggunakan sistem transportasi.
Salah satu cara mengirim benih yaitu dengan transportasi tertutup, dengan
mengangkut benih yang dimasukkan ke dalam wadah berupa kantong plastik yang
telah diisi air laut dan dipasok oksigen mumi, kemudian dikemas dengan kotak Styrofoam
dan kertas karton. Kepadatan benih ikan selama pengangkutan tergantung suhu dan
lamanya transportasi. Sebagai gambaran, sebuah kantong plastic berkapasitas 20
1 dapat diisi air laut 3 1 dengan suhu 17 - 20°C dan benih ikan kerapu sebanyak
20 ekor dengan berat benih rata-rata 25 g serta lama pengangkutan 1 - 2 hari.
cukup sampai disini dulu ya sobat
semoga bermanfaat
Post A Comment:
0 comments: